Permainan gangsing ternyata juga ada aturan mainnya. Setiap pertandingan gangsing juga diikat oleh aturan baik itu jumlah pemain maupun durasi. Boleh dikata, aturan permainan gangsing sangat ketat.
KETIKA tiba di arena, pertandingan antara dua sekaa gangsing sedang berlangsung seru. Yakni salah satu sekaa tuan rumah Desa Gesing versus Desa Gobleg. Masing-masing sekaa menurunkan empat pemain andalannya pada partai bergengsi itu.
Dikatakan bergengsi karena sekaa tuan rumah itu merupakan tim andalan Desa Gesing, begitu pula lawannya pun tim kacangan yang mudah dikalahkan. Ini bisa dibuktikan di akhir pertandingan yang berlangsung selama dua jam. Dua tim yang bertarung di hadapan sekitar dua ratusan lebih penonton dari Desa Gesing dan sekitarnya termasuk sekitar tiga puluhan turis mancanegara itu berakhir seri alias tidak ada pemenang.
Durasi dua jam sendiri dilihat dari lamanya putaran gangsing besar. “Karena setiap gangsing yang ukurannya besar 60 cm itu berputarnya sampai 15 menit bahkan ada yang sampai 20 menit,” papar Gede Koman, penggemar berat gangsing itu soal penentuan lamanya pertandingan.
Selama waktu dua jam itu kedua tim memainkan sepuluh pertandingan. Setiap pertandingan menurunkan empat pemain dari masing-masing tim. Permainannya adalah gangsing lawan dilepas di tengah arena yang sudah dibatasi dengan garis. Kemudian pemain musuh turun ke arena melemparkan gangsingnya ke gangsing lawan. Untuk menentukan pemenangnya adalah gangsing yang lebih lama berputarlah yang keluar sebagai pemenang.
Bagaimana menentukan pemenang dalam satu partai? Menurut Prebekel Gesing Nyoman Sanjaya bahwa sebuah tim menjadi pemenang dalam pertandingan gangsing cukup susah. Karena untuk jadi pemenang, sebuah tim harus memenangkan seluruh sepuluh pertandingan yang dimainkan dalan satu partai. “Kalau hanya menang sembilan kali atau kurang dari itu, maka tidak ada pemenang dalam partai itu,” papar Sanjaya dibenarkan Gede Koman.
Yang menarik, gangsing ini seperti tinju yang petinjunya wajib ditimbang untuk mengetahui kelasnya. Sebelum sebuah partai dimainkan maka buah gangsing yang hendak dipakai wajib pula ditimbang untuk mengetahui kelasnya.
Yakni ada gangsing yang ukurannya 125 cm, kemudian ukuran medium 74 cm dan ukuran normal 60 cm. Namun yang lazim atau ukuran yang paling banyak dipakai dalam pertandingan gangsing dalam satu dekade terakhir ini adalah gangsing yang berukuran 60 cm.
Nah, arena pertandingan gangsing sesungguhnya tidak terlalu istimewa. Model arenanya sama dengan balai banjar atau arena tajen. Hanya saja lantainya harus ditaburi tanah agar cara berputar gangsing terlihat lebih indah. Arena itu dibagi menjadi empat bagian dengan kapur putih.
Menariknya, di sela-sela pertantingan gangsing, ternyata ada sebuah atraksi gangsing individu yang mengundang aplaus dari penonton yang hadir. Atraksi itu dipertontonkan AKP Nyoman Kartika, SH, Kapolsektif Gerokgak, yang berasal dari Desa Gesing. Perwira berkumis itu mempertontonkan kepiawaiannya dalam memainkan gangsing. Diawali dengan melempar gangsing ke arena. Setelah berputar dengan indahnya, sang polisi itu beraksi dengan menyodorkan telapak tangannya ke bagian bawah gangsing. Dan gangsing itu pun naik berputar di atas telapak tangannya. Kemudian ia mengangkat gangsing yang sedang berputar di atas telapak tangannya keliling dengan bebebrapa aksi goyangnya.
Aksi sang Kapolsek pun sempat membuat penonton riuh memberikan aplaus. “Wahhh, bapak itu hebat,” komentar para penonton yang menyaksikan aksis “nakal” Kartika.
Prebekel Gesing Sanjaya berharap, pemerintah terutama Disbudpar dan PHRI memperhatikan seni budaya leluhur yang masih dipertahankan di Gesing itu. Karena permainan gangsing itu sudah menjadi tontonan menarik turis mancanegara.
“Kami minta paling tidak jalan ke desa ini bisa diperbaiki sehingga tamu asing yang sering datang ke sini nonton gangsing tidak kecewa,” papar Prebekel Sanjaya.
sumber JPNN
Budaya yang sudah hampir punah, memang perlu dilestarikan
BalasHapus